ANATOMI
PARU-PARU MANUSIA
Paru-paru berada di
dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh
tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan
yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.
Paru-paru
sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput
yang disebut selaput pleura.
Anatomi Paru-paru Manusia,
Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru-paru berada di samping
mediastinum. Oleh karenanya, masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain
oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur lain dalam
mediastinum. Masing-masing paru-paru berbentuk konus dan diliputi oleh pleura
viseralis. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri, dan hanya
dilekatkan ke mediastinum oleh radiks pulmonalis. Masing-masing paru-paru
mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan masuk ke leher sekitar 2,5 cm
diatas klavikula. Di pertengahan permukaan medial, terdapat hilus pulmonalis,
suatu lekukan tempat masuknya bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru-paru
untuk membentuk radikspulmonalis.
Fungsi
Paru-Paru
Fungsi Paru-paru sangat penting sekali bagi tubuh
manusia. Sebab tanpa paru-paru
manusia tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Fungsi Paru-paru
yang paling utama adalah mengeluarkan karbondioksida saat manusia bernafas.
Dalam
Sistem Ekskresi, Fungsi Paru-paru untuk mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan
uap air (H2O). Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen
dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari
paru-paru melalui hidung.
Paru-paru
merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700juta buah.
Paru-paru
kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh fisura oblikua
dan fisurahorisontalis menjadi 3 lobus, yaitu lobus superior, medius dan
inferior. Sedangkan paru-paru kiridibagi oleh fisura oblikua menjadi 2 lobus,
yaitu lobus superior dan inferior.
Lapisan
di sekitar paru-paru disebut pleura, membantu melindungi paru-paru dan
memungkinkan mereka untuk bergerak saat bernafas. Batang tenggorokan (trakea)
membawa udara ke dalam paru-paru. Trakea terbagi ke dalam tabung yang disebut
bronkus, yang kemudian terbagi lagi menjadi cabang lebih kecil yang disebut
bronkiol. Pada akhir dari cabang-cabang kecil inilah terdapat kantung udara
kecil yang disebut alveoli.
Setiap
bronkus lobaris, yang berjalan ke lobus paru-paru, mempercabangkan
bronkussegmentalis. Setiap bronkus segmentalis yang masuk ke lobus paru-paru
secara struktural danfungsional adalah independen, dan dinamakan segmen
bronkopulmonalis. Segmen ini berbentuk piramid, mempunyai apeks yang mengarah
ke radiks pulmonalis dan basisnya mengarah kepermukaan paru-paru. Tiap segmen
dikelilingi oleh jaringan ikat, dan selain bronkus juga diisioleh arteri, vena,
pembuluh limfe dan saraf otonom.
Asinus
adalah unit respiratori fungsional dasar, meliputi semua struktur dari
bronkhiolusrespiratorius sampai ke alveolus. Dalam paru-paru manusia, terdapat
kira-kira 130.000 asini,yang masing-masing terdiri dari tiga bronkhiolus
respiratorius, tiga duktus alveolaris dan 17sakus alveolaris.
Alveolus
adalah kantong udara terminal yang berhubungan erat dengan jejaring kaya
pembuluhdarah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin
negatif tekanan intrapleuradi apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada
dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuranbesar, datar dan berbentuk skuamosa,
bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipeII, yaitu pneumosit
granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah
yangmemproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan memcegah kolapnya
alveolus.
Sirkulasi
pulmonal memiliki aliran yang tinggi dengan tekanan yang rendah (kira-kira
50mmHg). Paru-paru dapat menampung sampai 20% volume darah total tubuh,
walaupun hanya10% dari volume tersebut yang tertampung dalam kapiler. Sebagai
respon terhadap aktivitas,terjadi peningkatan sirkulasi pulmonal.
Yang
paling penting dari sistem ventilasi paru-paru adalah upaya terus menerus untuk
memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru-paru. Antara alveoli dan
pembuluh kapiler paru-paru terjadi difusi gas yang terjadi berdasarkan prinsip
perbedaan tekanan parsial gas yangbersangkutan.
Sebagian
udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran
gas,tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak
terjadi pertukaran gas,seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini
disebut udara ruang rugi, sebab tidak bergunadalam proses pertukaran gas. Pada
waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udararuang rugi, sebelum
udara di alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi
merupakankerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi
menjadi ruang rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik
meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasanselain alveoli dan daerah
pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang, sebagianalveoli sendiri
tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak adanya atau
buruknyaaliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh
karena itu, dari segifungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang
rugi dan disebut sebagai ruang rugifisiologis.
Hilus
adalah tempat arteri pulmonalis, vena pulmonalis, bronkus dan saluran limfe
masuk ke dalam paru. Hilus kanan letaknya kira-kira di pertengahan dari jarak
apeks paru ke diafragma kanan. Hilus kiri letaknya lebih tinggi sedikit. Dari
hilus ini dapat diikuti cabang-cabang dari arteri pulmonalis di dalam paru-paru
yang makin kecil ke arah perifer. Vena pulmonalis tidak selalu terlihat pada
radiografi polos, kecuali pada mitral stenosis. Pembuluh darah paru di lapangan
bawah tampak lebih banyak dari pada lapangan paru atas. Trakea tampak jelas
sebagai garis tengah dengan densitas film yang lebih sedikit. Percabangan
trakea terdapat pada torkal ke-5.
Mekanisme
Dan Fisiologi Paru-Paru (Lungs)
A.
MEKANISME
FISIOLOGI PARU
Fungsi paru-paru
adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui
paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas,
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat
dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran , yaitu
membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung.
Dari sini, dipompa di
dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di
dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Pengambilan udara
pernapasan dikenal dengan inspirasi dan pengeluaran udara pernapasan disebut
dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran udara pernapasan berlangsung di alveolus
disebut pernapasan eksternal. Udara pernapasan selanjutnya diangkut oleh
hemoglobin dalam eritrosit untuk dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa
pertukaran udara pernapasan dari darah menuju sel disebut pernapasan internal.
Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada saat bernapas selain melibatkan
alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa otot yang ada pada tulang rusuk
dan otot diafragma (selaput pembatas rongga dada dengan rongga perut). Masuk keluarnya
udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga
dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih
besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada
lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam
pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka
mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
1.
Pernapasan Dada
Pada pernapasan dada, otot yang
berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam
mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan
atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula.
a.
Inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot
antartulang rusuk sehingga rongga dada mengembang. Pengembangan rongga dada
menyebabkan volume paru-paru juga mengembang akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya
oksigen masuk.
b.
Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau
kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya
tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Rongga dada yang mengecil
menyebabkan volume paru-paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam rongga
dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
2.
Pernapasan Perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan
yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada.
a.
Inspirasi
Pada saat pengambilan
udara (inspirasi) tahap-tahap yang terjadi dan dapat dirasakan adalah diafragma
berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar dan otot antartulang rusuk
sebelah luar juga berkontraksi yang diikuti dengan terangkatnya tulang rusuk
yang menyebabkan rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada ini menyebabkan
tekanan di dalam rongga dada mengecil sehingga memungkinkan paru-paru dapat
mengembang. Mengembangnya paru-paru memungkinkan tekanan di dalam ruang
paru-paru mengecil bahkan lebih kecil dari udara luar sehingga udara dapat
masuk secara berurutan ke lubang hidung - rongga hidung
- faring trakea (melaui glottis) -
bronkus (kanan-kiri) - bercabang 22× (bronkiolus-bronkiolus)
alveolus (kantong-kantong kecil).
b.
Ekspirasi
Pada saat pengeluaran
udara (ekspirasi) tahap-tahap yang dapat dirasakan adalah diafragma relaksasi
sehingga kembali ke posisis semula dan otot antarrusuk dalam kontraksi
menyebabkan tulang rusuk kembali ke posisi semula sehingga rongga dada
mengecil. Rongga dada mengecil sehingga menyebabkan tekanan di dalam rongga
dada meningkat yang mengakibatkan ruang paru-paru mengecil.Mengecilnya ruang
paru-paru menyebabkan membesaranya tekanan di dalam paru-paru sehingga udara
akan mengalir keluar dari alveolus melalui bronkiolus -
bronkus -
trakea glotis
- faring - rongga hidung dan
lubang hidung.
B.
KAPASITAS VOLUME PARU-PARU
Kapasitas paru-paru
adalah kemampuan paru-paru menampung udara pernapasan yang dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Udara tidal, yaitu udara yang keluar
masuk paru-paru pada saat pernapasan biasa. Jumlah volume udaranya sebesar 500
mL.
2. Udara komplementer, yaitu udara yang
masih dapat dihirup setelah inspirasi biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5
liter.
3. Udara suplementer, yaitu udara yang
masih dapat dikeluarkan setelah melakukan ekspirasi biasa. Besar volume
udaranya sekitar 1,5 liter.
4. Kapasitas vital paru-paru, yaitu
kemampuan paru-paru untuk melakukan respirasi sekuat-kuatnya atau merupakan
jumlah udara tidal, udara komplementer, dan udara suplementer. Jadi besarnya
volume kapasitas vital paru-paru kurang lebih 4 liter.
5.
Kapasitas vital = V tidal + V cadangan
inspirasi + V cadangan ekspirasi.
6. Udara residu, yaitu udara yang masih
terdapat di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi sekuat-kuatnya.
Jumlahnya kurang lebih 500 mL.
7. Volume total paru-paru (total lung
volume), yaitu seluruh udara yang dapat ditampung oleh paru-paru.
8.
V total paru-paru = V sisa + Kapasitas
Vital
Dalam keadaan normal,
volume udara paru-paru manusia mencapai 4.500 cc. Udara ini dikenal sebagai
kapasitas total udara pernapasan manusia.
Walaupun demikian,
kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3.500 cc,
yang 1.000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa
mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital setiap
orang berbeda-beda. Kapasitas vital dapat kalian rasakan saat kalian menghirup
napas sedalam mungkin dan kemudian menghembuskanya sekuat mungkin. Cara
mengukurnya dapat dilakukan dengan alat spirometer. Spirometer merupakan alat pengukur
kapasitas paru-paru seseorang. Spirometer yang konvensional terbuat seperti
tangki yang memiliki selang. Seseorang yang ingin mengetahui kapasitas
paru-parunya dapat menghembuskan napas pada selang. Pada alat yang lebih
modern, spirometer telah dihubungkan dengan komputer.
Dalam keadaan normal,
kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500
cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru
pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi
menggunakan sekitar 1.500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1.500
cc). Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki
volume antara 500 cc hingga sekitar 3.500 cc. Besarnya volume udara pernapasan
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat
pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
C.
PERAN SURFAKTAN DALAM PARU
Suatu bahan senyawa kimia yang memiliki sifat permukaan
aktif. Merupakan campuran beberapa fosfolipid, protein dan ion. Dihasilkan oleh
sel epitel alveolar tipe II. Fungsi surfaktan ini melawan tegangan permukaan
sehingga alveoli tidak mengempis/kollaps. Senyawa ini terdiri dari fosfolipid
(hampir 90% bagian), berupa Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC) yang juga
disebut lesitin, dan protein surfaktan sebagai SPA, SPB, SPC dan SPD (10%
bagian). DPPC murni tidak dapat bekerja dengan baik sebagai surfaktan pada suhu
normal badan 37°C, diperlukan fosfolipid lain (mis. fosfatidil-gliserol) dan
juga memerlukan protein surfaktan untuk mencapai air liquid-interface dan untuk
penyebarannya keseluruh permukaan.
Surfaktan dibuat oleh
sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh pada gestasi 22-24 minggu
dan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi 24-26 minggu,yang mulai berfungsi
pada masa gestasi 32-36 minggu. Produksi surfaktan pada janin dikontrol oleh
kortisol melalui reseptor kortisol yang terdapat pada sel alveolus type II.
Produksi surfaktan dapat dipercepat lebih dini dengan meningkatnya pengeluaran
kortisol janin yang disebabkan oleh stres, atau oleh pengobatan
deksamethason yang diberikan pada ibu yang diduga akan melahirkan bayi
dengan defisiensi surfaktan. Karena paru-paru janin berhubungan dengan cairan
amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan amnion dapat untuk menilai
produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan paru, dengan cara menghitung
rasio lesitin/sfingomielin dari cairan amnion. Sfingomielin adalah fosfolipid
yang berasal dari jaringan tubuh lainnya kecuali paru-paru. Jumlah lesitin
meningkat dengan bertambahnya gestasi, sedangkan sfingomielin jumlahnya
menetap. Rasio L/S biasanya 1:1 pada gestasi 31-32 minggu, dan menjadi 2:1 pada
gestasi 35 minggu. Rasio L/S 2:1 atau lebih dianggap fungsi paru telah matang
sempurna, rasio 1,5-1,9 sejumlah 50% akan menjadi RDS, dan rasio kurang dari
1,5 sejumlah 73% akan menjadi RDS. Bila radius alveolus mengecil,
surfaktan yang memiliki sifat permukaan alveolus, dengan demikian mencegah
kolapsnya alveolus pada waktu ekspirasi. Kurangnya surfaktan adalah penyebab
terjadinya atelektasis secara progresif dan menyebabkan meningkatnya distres
pernafasan pada 24-48 jam pasca lahir.
Surfaktan merupakan
suatu komplek material yang menutupi permukaan alveoli paru, yang
mengandung lapisan fosfolipid heterogen dan menghasilkan selaput fosfolipid
cair, yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara air-udara dengan harga
mendekati nol, memastikan bahwa ruang alveoli tetap terbuka selama siklus
respirasi dan mempertahankan volume residual paru pada saat akhir ekspirasi.
Rendahnya tegangan permukaan juga memastikan bahwa jaringan aliran cairan
adalah dari ruang alveoli ke dalam intersisial. Kebocoran surfaktan menyebabkan
akumulasi cairan ke dalam ruang alveoli. Surfaktan juga berperan dalam
meningkatkan klirens mukosiliar dan mengeluarkan bahan particulate dari paru.
Ø Jenis
Surfaktan
Terdapat 2 jenis surfaktan , yaitu :
1. Surfaktan natural atau asli, yang
berasal dari manusia, didapatkan dari cairan amnion sewaktu seksio sesar
dari ibu dengan kehamilan cukup bulan.
2.
Surfaktan eksogen barasal dari sintetik
dan biologic:
a. Surfaktan eksogen sintetik terdiri dari
campuran Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), hexadecanol, dan tyloxapol
yaitu Exosurf dan Pulmactant ( ALEC) dibuat dari DPPC 70% dan
Phosphatidylglycerol 30%, kedua surfaktan tersebut tidak lama di pasarkan di
amerika dan eropa.2,5 Ada 2 jenis surfaktan sintetis yang sedang
dikembangkan yaitu KL4 (sinapultide) dan rSPC ( Venticute),
belum pernah ada penelitian tentang keduanya untuk digunakan pada bayi premature.
b.
Surfaktan eksogen semi sintetik,
berasal dari campuran surfaktan paru anak sapi
dengan dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC), tripalmitin, dan palmitic misalnya
Surfactant TA, Survanta.
c. Surfaktan eksogen biologik yaitu
surfaktan yang diambil dari paru anak sapi atau babi, misalnya Infasurf,
Alveofact, BLES, sedangkan yang diambil dari paru babi adalah Curosurf.
Ø Saat
ini ada 2 jenis surfaktan di indonesia yaitu :
1. Exosurf neonatal yang dibuat
secara sintetik dari DPPC, hexadecanol, dan tyloxapol.
2. Surfanta dibuat dari paru anak
sapi, dan mengandung protein, kelebihan surfanta biologi dibanding sintetik
terletak di protein.
Mekanisme Pertukaran Gas O2 dan CO2
Bernapas merupakan kegiatan mengambil dan mengeluarkan udara pernapasan melalui paru-paru. Arti yang lebih khusus yaitu pertukaran gas yang terjadi di dalam sel dengan ”lingkungannya”. Pada pernapasan langsung, pengambilan udara pernapasan dilakukan secara langsung oleh permukaan tubuh dan pada pernapasan tidak langsung melalui saluran pernapasan.
Manusia bernapas secara tidak langsung, artinya udara
pernapasan tidak berdifusi langsung melalui seluruh permukaan kulit. Selaput
tipis tempat berlangsungnya difusi gas tersebut terlindung di bagian dalam
tubuh, berupa gelembung paru-paru (alveolus). Pernapasan
atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu pernapasan luar (eksternal) dan pernapasan dalam (internal). Perhatikan
Gambar.
1) Pernapasan Luar (Eksternal)
Pernapasan luar merupakan pertukaran gas di dalam paru-paru. Oleh karena itu, berlangsung difusi gas dari luar masuk ke dalam aliran darah. Dengan kata lain, pernapasan luar merupakan pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara dan darah.
Pada pernapasan luar, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai ion bikarbonat (HCO3–) dengan persamaan reaksi seperti berikut.
(H+) + ( HCO3–) => H2 CO3
Sisa karbon dioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi sebagai berikut.
H2CO3 => H2O + CO2
Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah dapat mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion - ion hidrogen yang telah diangkut; HHb menjadi Hb. Hb merupakan singkatan dari haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah merah. Selanjutnya, hemoglobin mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin (HbO2).
Hb + O2 => HbO2
Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2 meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah secara difusi. Terjadinya difusi O2 dan CO2 ini karena adanya perbedaan tekanan parsial. Tekanan udara luar sebesar 1 atm (760 mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di paru-paru sebesar ± 160 mmHg. Tekanan parsial pada kapiler darah arteri ± 100 mmHg, dan di vena ± 40 mmHg. Hal ini menyebabkan O 2 dari udara berdifusi ke dalam darah.
Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena ± 47 mmHg, tekanan parsial CO2 dalam arteri ± 41 mmHg, dan tekanan parsial CO2 dalam alveolus ± 40 mmHg. Adanya perbedaan tekanan parsial tersebut menyebabkan CO2 dapat berdifusi dari darah ke alveolus.
2) Pernapasan Dalam (Internal)
Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh) darah masuk ke dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk ke dalam cairan jaringan tubuh. Reaksinya sebagai berikut.
HbO2 => Hb + O2
Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat terjadi, karena tekanan oksigen di dalam cairan jaringan lebih rendah dibandingkan di dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel secara terus menerus menggunakan oksigen dalam respirasi selular.
Dari proses pernapasan yang terjadi di dalam jaringan menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi udara yang masuk dan yang keluar paru-paru.
Perlu diketahui bahwa tekanan parsial O2 pada kapiler darah nadi ± 100 mmHg dan tekanan parsial O2 dalam jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. Sebaliknya tekanan karbon dioksida tinggi, karena karbon dioksida secara terus menerus dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tekanan parsial CO2 dalam jaringan ± 60 mmHg dan dalam kapiler darah ± 41 mmHg. Hal inilah yang menyebabkan O2 dapat berdifusi ke dalam jaringan dan CO2 berdifusi ke luar jaringan.
Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200 ml karbon dioksida per hari. Pengangkutan CO2 di dalam darah dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.
1)
Sekitar
60–70% CO2 diangkut dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3–) oleh plasma darah,
setelah asam karbonat yang terbentuk dalam darah terurai menjadi ion hidrogen
(H+) dan ion bikarbonat (HCO3–).
Ion H+ bersifat racun, oleh sebab itu ion ini segera diikat Hb, sedangkan ion
HCO3– meninggalkan eritrosit masuk ke plasma darah. Kedudukan ion HCO3– dalam
eritrosit diganti oleh ion klorit. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2O + CO2 => H2CO3 => (H+) + (HCO3–)
2) Lebih kurang 25% CO2 diikat oleh hemoglobin membentuk karboksihemoglobin. Secara sederhana, reaksi CO2 dengan Hb ditulis sebagai berikut.
CO2 + Hb => HbCO2
Karboksihemoglobin disebut juga karbominohemoglobin
karena bagian dari hemoblogin yang mengikat CO2 adalah gugus asam amino.
Reaksinya sebagai berikut.
CO2 + RNH2 => RNHCOOH
3) Sekitar 6–10% CO2 diangkut plasma darah dalam bentuk senyawa asam karbonat (H2CO3).
Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-paru dibebaskan ke udara bebas. Darah yang melewati paru-paru hanya membebaskan 10% CO2. Sisanya sebesar 90% tetap bertahan di dalam darah dalam bentuk ion-ion bikarbonat. Ion-ion bikarbonat dalam darah ini sebagai buffer atau penyangga karena mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas pH darah.
Apabila terjadi gangguan pengangkutan CO2 dalam darah, kadar asam karbonat (H2CO3) akan meningkat sehingga akan menyebabkan turunnya kadar alkali darah yang berperan sebagai larutan buffer. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis yang disebut asidosis.
Anda dapat lebih memahami proses berlangsungnya pernapasan luar dan pernapasan dalam pada manusia dengan mengamati Gambar di bawah ini.
Setelah
sampai dalam jaringan, gas O2 dipergunakan untuk respirasi sel, yaitu untuk
mengoksidasi zat makanan (glukosa) sehingga dapat dihasilkan energi, gas CO2,
dan uap air.
Kelainan-kelainan pada Fungsi Paru-paru, diantaranya adalah
:
- Asma atau sesak nafas yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pernafasan yang diantaranya disebabkan oleh alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.
- Kanker Paru-Paru yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penyebab lain adalah terlalu banyak menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum dan radiasi ionisasi. Kelainan ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
- Emphysema adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya terisi udara.
Upaya menghindari dan
mengatasi kelainan-kelainan pada fungsi paru-paru adalah dengan menjalankan
pola hidup sehat, diantaranya:
- Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi secara teratur.
- Berolah raga dengan teratur.
- Istirahat minimal 6 jam per hari.
- Mengindari konsumsi rokok, minum minuman beralkohol dan narkoba.
- Hindari Stress.
0 komentar:
Posting Komentar